Mengingkari Kemungkaran Agar Selamat dari Tenggelamnya Kapal
Pendapat-pendapat dari ulama Salafush Sholeh ini menunjukkan betapa pentingnya peran aktif dalam menolak kemungkaran. Mereka menekankan bahwa tindakan ini adalah kewajiban setiap Muslim dan merupakan salah satu cara untuk menjaga keimanan, moralitas, dan ketertiban dalam masyarakat. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran ini, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih adil.
“Perumpamaan orang yang mengingkari kapal kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah bila ingin mengambil udara, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang di bawah menuruti kemauannya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah melakukan hal tersebut, niscaya mereka selamat dan pula semua penumpang kapal itu .” (HR.Bukhari no.2493).
Ingkarul Mungkar adalah prinsip penting dalam Islam yang mengharuskan kita untuk menolak dan mencegah segala bentuk kemungkaran, yaitu perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan ajaran agama. Dalam konteks kekinian, penerapan Ingkarul Mungkar sangat relevan di berbagai aspek kehidupan, seperti di media sosial dengan melaporkan konten negatif, di tempat kerja dengan menolak korupsi, di lingkungan pendidikan dengan menentang bullying, dan dalam keluarga dengan mengatasi kekerasan rumah tangga. Dalil dari Al-Qur'an dan Hadis menekankan betapa pentingnya peran kita dalam menyuarakan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Dengan langkah-langkah proaktif ini, kita dapat berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih adil, aman, dan bermoral. Mari terus berkomitmen untuk menjalankan prinsip ini demi kebaikan bersama.
Berikut adalah pendapat dari ulama Salafush Sholeh mengenai pentingnya menolak kemungkaran (Ingkarul Mungkar):
Imam Ahmad bin Hanbal: Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, "Barangsiapa yang tidak memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang munkar, maka ia adalah seorang yang rusak." Pendapat ini menekankan bahwa menolak kemungkaran adalah kewajiban setiap Muslim dan merupakan tanda dari keimanan yang kuat.
Imam Al-Ghazali: Dalam kitabnya "Ihya' Ulumuddin", Imam Al-Ghazali menulis, "Menolak kemungkaran dengan hati adalah kewajiban bagi setiap individu, dan menolaknya dengan lisan adalah kewajiban bagi yang mampu, dan menolaknya dengan tangan adalah kewajiban bagi yang berwenang." Imam Al-Ghazali menggarisbawahi tingkatan-tingkatan dalam menolak kemungkaran, mulai dari yang paling lemah hingga yang paling kuat.
Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah: Dalam kitabnya "Ighathat al-Lahfan", Ibnu Qayyim Al-Jawziyyah menyatakan, "Menolak kemungkaran adalah tiang agama. Tanpa itu, agama akan runtuh dan masyarakat akan jatuh dalam kerusakan." Ini menunjukkan betapa pentingnya peran aktif dalam mencegah kemungkaran demi menjaga ketertiban dan moralitas masyarakat.
Ibnu Taymiyyah: Ibnu Taymiyyah dalam kitabnya "Al-Hisbah fi al-Islam" menyatakan, "Menolak kemungkaran adalah bagian dari jihad di jalan Allah, dan merupakan salah satu kewajiban paling mulia dalam agama ini." Pendapat ini menegaskan bahwa menolak kemungkaran adalah bagian integral dari jihad yang harus dilakukan setiap Muslim.
Imam Nawawi: Dalam kitabnya "Riyadhus Shalihin", Imam Nawawi mengutip hadis dari Rasulullah SAW yang menyatakan, "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." Imam Nawawi menjelaskan bahwa menolak kemungkaran adalah kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.
0 comments:
Posting Komentar